Jenuh mendengarkan musik pop Indonesia yang belakangan terdengar makin sewarna? Eits, jangan apatis dulu! Duo ini mungkin bisa mengubah pola pikir kamu. Di-Da hadir dengan konsep unik yang dijamin bisa menjadi penyegar dahaga akan suguhan pop yang berkualitas.
Lewat album debutnya yang berjudul “Duography”, dirilis oleh Universal Music Indonesia, Di-Da menyuguhkan balutan musik bernuansa akustik yang elegan, dan menyampaikan ungkapan lirik cinta yang tidak klise, tidak murahan tapi tetap bermakna universal. Siapa pun bisa menikmatinya. Simpel, sesimpel namanya.
Nama Di-Da memang dipilih semata-mata atas pertimbangan kemudahan penyebutan atau pelafalan. Awalnya, vokalis dan gitaris Rendy Pandugo dan pembetot bass Iddo Pradananto sempat ingin menggunakan nama Duography yang kini justru dipakai sebagai judul album. Tapi mereka pikir, kemungkinan Duography agak sulit diucapkan orang. Akhirnya, cetus Iddo, ia dan Rendy memilih Di-Da karena sangat simpel dan mudah diingat.
“Kata Di-Da itu adalah senandung.... ‘di-da-di-da-di....’ kebetulan lagu-lagu Di-Da memang kebanyakan dibuat dengan bersenandung seperti itu. Jadi, Di-Da bukan singkatan nama kami berdua. Di tulisan Di-Da juga diberi tanda penghubung (-) agar terkesan ‘berdua’,” papar Iddo.
Segudang keunikan terpancar dari duo potensial ini. Di antaranya, format duo itu sendiri. Rendy dan Iddo sepakat berkolaborasi berdua saja karena lelah dan merasa kurang nyaman dengan formasi full-band yang pernah mereka jalani bersama di bangku SMA, semasa masih bermukim di kota Surabaya. Dengan format duo, Rendy dan Iddo merasa lebih leluasa menuangkan karya sesuai keinginan mereka berdua. “Banyak kepala, terlalu banyak kepentingan,” cetus Rendy memberi alasan.
Sekadar menengok ke belakang. Iddo dan Rendy mulai ngeband bareng sejak tahun 2000 hingga 2004 silam. Namun ketika beranjak kuliah, di Universitas Airlangga, Iddo dan Rendy jalan sendiri-sendiri. Tahun 2009, barulah keduanya kembali bertemu dan sepakat untuk menggarap proyek album rekaman. “Kami ingin serius membuat lagu dan rekaman. Bukan sekadar hobby lagi. Kami tidak lagi harus mengikuti ego masing-masing,” ujar Iddo. Dan buat mereka, satu-satunya cara untuk mewujudkan itu adalah hijrah ke Jakarta dan benar-benar mulai fokus untuk pengembangan karir. Singkat cerita, usai menjalani perjuangan yang cukup panjang, Universal Music Indonesia pun akhirnya melihat potensi serta materi musik mereka yang menjanjikan, yang lantas berujung ke perilisan album “Duography”.
Olahan musik yang berbeda sekali dengan trend musik pop lokal saat ini menjadi nilai tambah sekaligus keunikan lain Di-Da. Rendy dan Iddo memilih mengembangkan pengaruh musik-musik pop rock Amerika seperti usungan John Mayer, Bryan Adams, Hanson hingga Taylor Swift yang sangat mereka gemari.
“Sangat pop, tapi ada unsur country dan sedikit blues,” ungkap Rendy.
“Tapi blues di sini hanya sebagai nuansa saja, tidak dibuat berat,” imbuh Iddo menegaskan.
Konsep ini sendiri, kata Iddo, sama sekali bukan lahir dari pemikiran instan. Rendy yang sangat mengidolai John Mayer menjadi kolaborasi yang pas, melebur apik dengan Iddo yang tergila-gila pada adonan musik pop country model Taylor Swift dan Bryan Adams. “Jadi dari situ sudah terbentuk. Nuansanya lebih ceria, sudah ke arah sana tanpa harus dipaksakan, apa adanya,” tandas Iddo meyakinkan.
“Sangat pop, tapi ada unsur country dan sedikit blues,” ungkap Rendy.
“Tapi blues di sini hanya sebagai nuansa saja, tidak dibuat berat,” imbuh Iddo menegaskan.
Konsep ini sendiri, kata Iddo, sama sekali bukan lahir dari pemikiran instan. Rendy yang sangat mengidolai John Mayer menjadi kolaborasi yang pas, melebur apik dengan Iddo yang tergila-gila pada adonan musik pop country model Taylor Swift dan Bryan Adams. “Jadi dari situ sudah terbentuk. Nuansanya lebih ceria, sudah ke arah sana tanpa harus dipaksakan, apa adanya,” tandas Iddo meyakinkan.
Lalu, untuk mendapatkan cita rasa country di aransemen musiknya, Rendy dan Iddo memasukkan permainan instrumen petik mandolin dan dobro. Contohnya di lagu “Takkan Berakhir” yang dijadikan single pertama. Semua instrumen musik di rekaman ini dimainkan Rendy dan Iddo sendiri, kecuali drum, string section dan beberapa vokal latar. Benar-benar duo potensial kan?
Sosok Rendy sendiri yang memiliki warna vokal renyah mengingatkan kita akan John Mayer, dalam arti sebagai sosok musisi yang bernyanyi sambil bermain gitar. Ini diakui menjadi tantangan tersendiri buat Rendy. “Latar belakang saya gitaris, bukan penyanyi. Tapi saya belajar secara otodidak hingga bisa menjadi seperti ini. Lagipula karena saya sangat menggemari John Mayer, jadi sebenarnya tidak ada masalah. Sudah terbiasa,” tutur Rendy percaya diri.
Nah, sekali lagi, mari sambut bakat baru di jagad industri musik Tanah Air, Di-Da lewat album “Duography”.
0 komentar:
Silahkan Tulis Komentar Kakang Teteh... !