Kejuaraan Pencak Silat Dispora Cup 2012, Warisan Budaya Yang Wajib Dilestarikan

Sebanyak  143 siswa dari mulai tingkat SD, SMP dan SMA se-Kota Cilegon mengikuti kejuaraan Pencak Silat Jurus Tunggal Baku Dan Tanding yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora)kota cilegon, pada hari ini kamis (29/03) sampai dengan sabtu ( 31/03 ) dan digelar di Gedung Olahraga Asa Sport Center,depan pasar kranggot cilegon. Urip Wuryanto selaku Panitia Pelaksana ( Panpel-red )kepada wartawan mengatakan,untuk kategori tanding ditingkat SD ditiadakan karena sesuai dengan standar nasional. “ Untuk kategori jurus tunggal baku sebanyak 39 atlet yang terdaftar dan diikuti oleh SD,SMP dan SMA,sedangkan untuk tanding sebanyak 104 hanya dikhususkan tingkat SMP dan SMA,untuk SD tidak diikut sertakan karena sesuai dengan standar nasional seperti O2SN ”tuturnya. Urip juga menambahkan criteria penilaian dan durasi waktu ditiap tiap kategori berbeda beda. “ Kategori jurus tunggal baku,kami kasih waktu sekitar 3 menit yang meliputi 100 gerakan jurus,dan kategori tanding ada point point tertentu,seperti pukulan point 1, tendangan point 2 dan jatuhan point 3, dengan durasi 2 menit lebih,”ujarnya.  Sekertaris Dispora Cilegon H. Teten Hertiaman mengatakan , pelaksanaan kejuaraan Pencak Silat yang  dilakukan Dispora ini untuk menunjukan bahwa cabang olahraga Pencak Silat di Kota Cilegon merupakan olahraga primadona dan seni budaya tradisional Banten yang perlu dilestarikan. ”Kegiatan ini menunjukan betapa pencak silat yang juga sebagai bagian dari seni budaya menjadi olahraga yang hingga kini banyak diminati di Kota Cilegon bahkan sekarang diadopsi difilm layar lebar gerakan gerakannya seperti film merantau terus yang terbaru yakni film The Raid. Oleh karena itu patut dilestarikan,” jelas Teten. Ia berharap, kejuaraan ini dapat menghasilkan bibit atlet pencak silat yang handal di masa yang akan datang sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi para atlet pencak silat yang akan mewakili Kota Cilegon dalam event skala Provinsi maupun nasional. Oleh karenanya, lanjut Teten, gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat harus terus ditingkatkan agar lebih menciptakan budaya berolahraga dan menjadikan olahraga sebagai bagian dari hidup.